Benar kata Niken yang menceritakan Kafka di novel “Seperti
Bintang”. Kamu tidak famous, tidak ganteng, tidak putih, serta tidak
menarik. Namun entah mengapa sosokmu membuatku tarpaku. Aku terjerat dalam
gelora cinta yang membara.
Aku menatap ke atas, di
langit terlihat beribu bintang yang memancarkan sinar diantara kegelapan malam.
Ya seperti itulah sosokmu. Terang dan selalu bersinar di hhatiku yang gelap dan
kelam. Hitam namun ada secercah cahaya darimu. Kini diriku tak ubahnya semacam
layang-layang yang terbang bebas diangkasa. Angin membawaku melayang ke tempat
yang indah. Aku pikir tempat ini surga, indahnya membuatku terpaku. Namun itu
hanya imajiku semata. Ternyata cinta telah mengubah tempat yang biasa menjadi
istimewa.
Aku tak pernah tahu
entah sejak kapan aku mulai menyangkal artimu bagiku. Gerak-gerikmu, ucapanmu
selalu menjadi sorotan utamaku. Pertahananku sangat rapuh akan pesonamu.
Kau seperti
berita headline news sekejap tapi membuatku penasaran. Rasa penasaran
itu akan segara terobati saat kau muncul di depan mataku. Cinta menyuruhku
untuk menghampirimu, tapi ragu membuatku terpaku. Aku hanya mengagumimu dari
jauh.
Betapa ironosnya hidup
ini. Aku terperangkap oleh waktu berharap indah pada kisah cintaku. Tapi itu
hanyalah angan-anganku. Kini aku menyadari bahwa kau cinta yang bertepuk
sebelah tangan dan yang bisa kulakukan hanyalah menghadapi. Aku tak ingin kisah
ini berlalu layaknya embun meninggalkan pagi. Biarkan ku hidup di bawah
pesonamu dalam pemberontakan suciku untuk memilikimu.